Senin, 29 Juli 2013

Sayur Mrica Makanan Khas Rembang Penghasil ikan

Kabupaten Rembang selain memiliki potensi ikan yang banyak, disana juga memiliki kuliner khas andalan yang berbahan dasar ikan laut segar yaitu Sayur Merica (Jangan Mrico/Kelo Mrico). Kadang bagi seorang mancing mania yang sering melaut pasti ada kalanya bosan dengan masakan olahan ikan hasil pancingan. Disini saya akan memberikan resep kuliner andalan khas Rembang yang sangat digemari masyarakat rembang dimana kesehariannya mereka sering mengkonsumsi ikan laut segar.
Sayur Merica (Jangan Mrico/Kelo Mrico)
Bahan: Semua ikan laut yg bisa dimasak (ikan sembilang, dukang/kedokan, keting, kerapu, kerang-kerong, ikan pethek, ikan-ikan jenis travely dll). Tapi menurut saya lebih suka ikan jenis cat fish soalnya dagingnya lebih ulet dan tidak mudah hancur.
Bahan baku ikan yang akan dimasak Sayur Merica
Ini merupakan resep untuk bahan baku ikan segar sebanyak 3kg. Jika mancing mania menggunakan bahan baku ikan segar lebih atau kurang dari 3kg maka resep tinggal menyesuaikan.

Resep Sayur Merica khas Rembang (Jangan Mrico/Kelo Mrico):
Bumbu halus: 7 bawang merah
3 bawang putih
1 ons cabe merah keriting
1 ons cabe rawit
1 jempol kaki laos
7 kemiri
2 sdm mrica
3 jempol kaki asam jawa
2 jempol tangan kunyit
1/2 jempol tangan terasi
Garam secukupnya
Air secukupnya
Cara memasak:
Semua bumbu diuleg dan dihaluskan. Masukkan air ke dalam panci lalu didihkan. Setelah mendidih masukkan bumbu halus ke dalam panci. Tunggu sampai mendidih lagi. Setelah mendidih masukkan ikan segar yang akan dimasak. Setelah ikan masuk ke dalam panci lalu tunggu sampai mendidih. Untuk menjaga keutuhan ikan di dalam panci maka ikan jangan terlalu sering diaduk karena ikan sangat mudah sekali hancur. Kalau sudah mendidih masakan siap disajikan.
Dijamin setelah mencicipi masakan khas Rembang ini, mancing mania akan lebih sering melaut lagi karena ingin memasak masakan ini lagi.
Rasanya pedes, asem, asin, seger dan hot…..
Sangat cocok dinikmati siang hari pas udara panas saambil minum es



Sumber: R2B Rembang

Lontong Tuyuhan Salah Satu Makanan Khas Rembang

    • 074844pSajian lontong dari desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, ini mirip dengan lontong opor ayam pada umumnya. Yang membuatnya spesial, kuah santan yang digunakan lebih kental dan pedas, menonjolkan perpaduan rasa kemiri dan cabe rawit.
      Cara memasak Lontong Tuyuhan ini hampir sama dengan memasak opor ayam biasa. Bumbu yang digunakan pun tak jauh berbeda, antara lain bawang merah, bawang putih, lengkuas, kemiri, ketumbar, kencur, pala, dan kunyit. Agar mendapatkan kekhasan pada rasa, bumbu standar itu kemudian ditambah cabe merah yang ditumis sampai layu, dan jahe. Rasa pedas ini memang terasa menonjok, berpadu dengan rasa gurih santan kental. Sebagai penambah aroma, ditambahkan pula daun salam dan serai.
      Selain rasanya yang pedas dan gurih, kekhasan Lontong Tuyuhan juga ada pada bentuk lontongnya, yang berbungkus daun pisang dengan bentuk kerucut segitiga.
      Masakan itu dijumpai hampir di seluruh daerah Rembang. Namun, bila Anda ingin menikmati rasa yang orisinil dengan resep yang diturunkan oleh leluhur dari Desa Tuyuhan, mampirlah ke Pusat Penjualan Lontong Tuyuhan di Desa Tuyuhan. Di sana ada banyak penjual yang masih keturunan langsung penjual lontong Tuyuhan asli.
      Salah satu penjual yang paling terkenal di kompleks itu adalah Munzeri (51). Ia telah berjualan selama 31 tahun. Saat masih muda dan belum punya cukup modal, ia berkeliling menjual dagangannya. Kini ia boleh berbesar hati, perhatian Pemkab Rembang dengan potensi kuliner asli daerah telah berbuah manis dengan pendirian kompleks ini.
      Rata-rata para pedagang di kompleks itu menggelar dagangannya sejak pukul 12.00 hingga 20.00. Khusus warung Lontong Tuyuhan Munzeri yang terkenal, biasanya sudah tutup pukul 16.00 karena dagangan telah ludes.
      Suasana di kompleks itu sangat nyaman, dengan nuansa pedesaan yang kental. Selain dapat menyantap Lontong Tuyuhan, pengunjung juga dimanjakan dengan pemandangan desa dan pegunungan Lasem yang belum banyak tercemar polusi.
      Warung-warung pun dibuat dengan nuansa aslinya, menggunakan angkringan pikul dari bambu dan rotan. Bangku untuk pengunjung berupa dingklik atau kursi panjang terbuat dari kayu. Meja penyajiannnya pun terbuat dari kayu bertaplak plastik berornamen bunga.
      Lokasi wisata kuliner itu terletak kurang lebih tiga kilometer dari kota Lasem, kota kecamatan di Kabupaten Rembang. Sesampai di pertigaan kota tepatnya di kompleks Masjid Agung Lasem, beloklah ke kanan ke arah selatan menyusuri Jalan Raya Lasem-Pamotan. Setelah sampai di pertigaan BRI Jolotundo, belok ke kanan ke arah barat menyusuri Jalan Lasem-Sulang. Seusai menempuh jarak sekitar dua kilometer, tengoklah ke kanan jalan. Akan tampak warung-warung permanen yang tertata rapi di sekeliling perkebunan tebu.
      Air Tuyuhan
      Munzeri mengatakan, resep lontong tuyuhan diturunkan kepada kaum perempuan Desa Tuyuhan. Tak heran jika kaum pria hanya tahu cara menjual, tetapi tidak dapat memasaknya. Seolah-olah mereka ditakdirkan untuk menjual saja.
      Hartono (72), warga Desa Sumbergirang, Kecamatan Lasem, mengaku menjadi langganan Munzeri sejak ia masih berjualan keliling. Selain terkesan dengan bentuk dan kegurihan lontong, ia sangat menyukai rasa daging ayamnya.
      ”Dagingnya empuk, tidak alot. Jika dipisahkan dari kuah, daging itu tetap gurih karena bumbu-bumbu kuah meresap di dalamnya,” ujar Hartono yang datang seminggu tiga kali.
      Munzeri menggunakan daging ayam kampung. Setiap hari, ia menghabiskan 10-12 ekor.
      Daging itu dimasak berbarengan dengan bumbu-bumbu, termasuk tambahan cabai merah yang ditumis sampai layu. Aroma kuah yang memadukan daun salam dan serai semakin menambah cita rasa Lontong Tuyuhan.
      Menurut Munzeri, generasi ketiga penerus penjual lontong tuyuhan pertama, Mbah Latmin, cita rasa Lontong Tuyuhan tidak terlepas dari kepercayaan para penjualnya. Mereka meyakini lontong hanya akan terasa enak jika dimasak dengan air Desa Tuyuhan.
      Hal itu diperkuat dengan pernyataan sejumlah pelanggan. ”Kalau tidak dimasak dengan air Desa Tuyuhan, rasanya lain,” kata Ny Barudin (42), pelanggan Munzeri dari Desa Gedungmulyo, Kecamatan Lasem.
      Bila kita membeli Lontong Tuyuhan, penjual biasanya akan menawarkan potongan ayam opor menggunakan istilah yang populer di sana, seperti gending, sempol, mentok, dan rongkong, untuk menyebut paha atas ayam, paha bawah, dada, dan leher.
      Nah, bila Anda kebetulan berkunjung ke Rembang, mampirlah sejenak untuk menikmati gurih dan lezatnya Lontong Tuyuhan



      Sumber: R2B Rembang

Festifal Tong-tong klek menjadi tradisi rembang di bulan puasa

Rembang-Dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga kembali akan menggelar festival musik tradiisional thong-thong lek   dalam menyemarakkan hari raya Idul fitri.
Panitia penyelenggara Karsono sekaligus Kabid kebudayaan Dinbudparpora Rembang mengatakan, pelaksanaan kegiatan akan digelar mulai tanggal 3 dan 4 agustus,  dengan pentas keliling  Tanggal 3 dengan start diperempatan  SDN 3 kutoharjo Rembang dan finish di Galonan. Dan pentas panggung Grand final 4 agustus dihalaman stadion krida Rembang.
Untuk melestraikan tradisi tong-tongklek Penyelenggaraan festifal kali ini masih difokuskan pada musik tradisional, sedangkan peserta thong-thongklek elektrik masih sebatas penggembira. Materi lagu wajib yang diusung bernuansa religi islami sesuai dengan nuansa ramadhan. 
Untuk lagu wajib Status hamba(Wali band) dan mencari berkah (wali band). Sedangkan Lagu pilihan Sepohon Kayu 9 Ustad jefry), A ba ta sta (Wali band), Taubatlah taubat ( Syahrini), Berkah (Setia band), Tombo Ati (cak Nun), Udin bertanya (Wali band), Oplosan (Sagita), dan Anoman Obong.
Karsono menambahkan peserta thong-thongklek tradisional minimal 6 peserta untuk bisa terpenuhi penyelenggaran lomba tersebut.
. Kejuaran diambil 1,2,3 dan harapan 1, 2 ,dan 3. Mendapatkan piala dan uang pembinaan dengan nominal Rp 1,5 juta, 1 juta dan 500 ribu rupiah. Pendaftaran di Sanggar budaya Komplek musium RA Kartini rembang. Tradisi festifal thong-thong lek ini diharapkan bisa mengangkat kota Rembang, karena satu-satunya tradisi di propinsi jawa tengah yang digelar menjelang hari raya idul fitri, dan  sudah ada sejak tahun 1972 hingga sekarang.


Sumber:Cbfm Rembang

Santri Rembang gelar Kegiatan Pasanan dibulan puasa untuk meningkatkan keimanan

Rembang-Datangnya bulan Ramadhan merupakan saat yang dinantikan oleh setiap insan beriman. Sebab di bulan itu banyak keutamaan dan pahala yang dijanjikan. Umat islam tidak hanya ibadah puasa tetapi bisa menikmati indahnya bulan Ramadhan dengan merenungi kandungan ayat-ayat suci al-Qur’an dengan semangat yang lebih daripada pada bulan-bulan selainnya. 
Apalagi ditunjang dengan diadakannya kultum, siraman rohani dan kajian-kajian keislaman yang bisa menambah keimanan dan memperkuat keyakinan. Berangkat dari situlah, maka Pondok pesantren Roudhotul tholibin Leteh rembang selama bulan ramadhan mengelar  kegiatan Pasanan. 
Pengurus Pondok Ihwanul Adib mengatakan, pasanan Selama Ramadhan diselenggarakan mulai hari kedua ramadhan sampai tanggal 20-an, Tujuanya  mempelajari dan menghayati kitab kitab kuning yang didalamnya terkandung tentang ajaran dan Aqidah  islam, dengan harapan memberikan manfaat dan barokah..
Menurut Adib Kegiatan pasanan Diasuh oleh pengasuh Pondok Raudlatut Tholibin Rembang diantaranya  KH.Mustofa Bisri, dan KH Syarofudin. Kegiatan ini diikuti ratusan  santri dan masyarakat   sekitar, bahkan warga  dari luar kota seperti Kabupaten  Blora, Banyuwangi maupun Tuban mengikuti pasanan.  
Ditambahkannya pasanan selama bulan ramadhan ini rutin dilaksanakan  saat bulan ramdhan tiba. Yakni  untuk mempelajari , menghayati dan mendalami ilmu agama yang didalamnya terkandung tentang ajaran dan Aqidah  islam.  Mereka yang dinyatakan lulus akan mendapatkan sertifikat khusus dari Pondok.


Sumber: Cbfm Rembang

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India