skip to main |
skip to sidebar

18.53

aulia suhaiminur
No comments
-
-
Sajian
lontong dari desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Jawa
Tengah, ini mirip dengan lontong opor ayam pada umumnya. Yang
membuatnya spesial, kuah santan yang digunakan lebih kental dan pedas,
menonjolkan perpaduan rasa kemiri dan cabe rawit.
Cara memasak Lontong Tuyuhan ini hampir sama dengan memasak opor
ayam biasa. Bumbu yang digunakan pun tak jauh berbeda, antara lain
bawang merah, bawang putih, lengkuas, kemiri, ketumbar, kencur, pala,
dan kunyit. Agar mendapatkan kekhasan pada rasa, bumbu standar itu
kemudian ditambah cabe merah yang ditumis sampai layu, dan jahe. Rasa
pedas ini memang terasa menonjok, berpadu dengan rasa gurih santan
kental. Sebagai penambah aroma, ditambahkan pula daun salam dan serai.
Selain rasanya yang pedas dan gurih, kekhasan Lontong Tuyuhan juga
ada pada bentuk lontongnya, yang berbungkus daun pisang dengan bentuk
kerucut segitiga.
Masakan itu dijumpai hampir di seluruh daerah Rembang. Namun, bila
Anda ingin menikmati rasa yang orisinil dengan resep yang diturunkan
oleh leluhur dari Desa Tuyuhan, mampirlah ke Pusat Penjualan Lontong
Tuyuhan di Desa Tuyuhan. Di sana ada banyak penjual yang masih
keturunan langsung penjual lontong Tuyuhan asli.
Salah satu penjual yang paling terkenal di kompleks itu adalah
Munzeri (51). Ia telah berjualan selama 31 tahun. Saat masih muda dan
belum punya cukup modal, ia berkeliling menjual dagangannya. Kini ia
boleh berbesar hati, perhatian Pemkab Rembang dengan potensi kuliner
asli daerah telah berbuah manis dengan pendirian kompleks ini.
Rata-rata para pedagang di kompleks itu menggelar dagangannya sejak
pukul 12.00 hingga 20.00. Khusus warung Lontong Tuyuhan Munzeri yang
terkenal, biasanya sudah tutup pukul 16.00 karena dagangan telah ludes.
Suasana di kompleks itu sangat nyaman, dengan nuansa pedesaan yang
kental. Selain dapat menyantap Lontong Tuyuhan, pengunjung juga
dimanjakan dengan pemandangan desa dan pegunungan Lasem yang belum
banyak tercemar polusi.
Warung-warung pun dibuat dengan nuansa aslinya, menggunakan
angkringan pikul dari bambu dan rotan. Bangku untuk pengunjung berupa
dingklik atau kursi panjang terbuat dari kayu. Meja penyajiannnya pun
terbuat dari kayu bertaplak plastik berornamen bunga.
Lokasi wisata kuliner itu terletak kurang lebih tiga kilometer dari
kota Lasem, kota kecamatan di Kabupaten Rembang. Sesampai di pertigaan
kota tepatnya di kompleks Masjid Agung Lasem, beloklah ke kanan ke arah
selatan menyusuri Jalan Raya Lasem-Pamotan. Setelah sampai di
pertigaan BRI Jolotundo, belok ke kanan ke arah barat menyusuri Jalan
Lasem-Sulang. Seusai menempuh jarak sekitar dua kilometer, tengoklah ke
kanan jalan. Akan tampak warung-warung permanen yang tertata rapi di
sekeliling perkebunan tebu.
Air Tuyuhan
Munzeri mengatakan, resep lontong tuyuhan diturunkan kepada kaum
perempuan Desa Tuyuhan. Tak heran jika kaum pria hanya tahu cara
menjual, tetapi tidak dapat memasaknya. Seolah-olah mereka ditakdirkan
untuk menjual saja.
Hartono (72), warga Desa Sumbergirang, Kecamatan Lasem, mengaku
menjadi langganan Munzeri sejak ia masih berjualan keliling. Selain
terkesan dengan bentuk dan kegurihan lontong, ia sangat menyukai rasa
daging ayamnya.
”Dagingnya empuk, tidak alot. Jika dipisahkan dari kuah, daging itu
tetap gurih karena bumbu-bumbu kuah meresap di dalamnya,” ujar Hartono
yang datang seminggu tiga kali.
Munzeri menggunakan daging ayam kampung. Setiap hari, ia menghabiskan 10-12 ekor.
Daging itu dimasak berbarengan dengan bumbu-bumbu, termasuk tambahan
cabai merah yang ditumis sampai layu. Aroma kuah yang memadukan daun
salam dan serai semakin menambah cita rasa Lontong Tuyuhan.
Menurut Munzeri, generasi ketiga penerus penjual lontong tuyuhan
pertama, Mbah Latmin, cita rasa Lontong Tuyuhan tidak terlepas dari
kepercayaan para penjualnya. Mereka meyakini lontong hanya akan terasa
enak jika dimasak dengan air Desa Tuyuhan.
Hal itu diperkuat dengan pernyataan sejumlah pelanggan. ”Kalau tidak
dimasak dengan air Desa Tuyuhan, rasanya lain,” kata Ny Barudin (42),
pelanggan Munzeri dari Desa Gedungmulyo, Kecamatan Lasem.
Bila kita membeli Lontong Tuyuhan, penjual biasanya akan menawarkan
potongan ayam opor menggunakan istilah yang populer di sana, seperti
gending, sempol, mentok, dan rongkong, untuk menyebut paha atas ayam,
paha bawah, dada, dan leher.
Nah, bila Anda kebetulan berkunjung ke Rembang, mampirlah sejenak untuk menikmati gurih dan lezatnya Lontong Tuyuhan
Sumber: R2B Rembang
Posted in: info,Kuliner
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar