Senin, 29 Juli 2013

Lontong Tuyuhan Salah Satu Makanan Khas Rembang

    • 074844pSajian lontong dari desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, ini mirip dengan lontong opor ayam pada umumnya. Yang membuatnya spesial, kuah santan yang digunakan lebih kental dan pedas, menonjolkan perpaduan rasa kemiri dan cabe rawit.
      Cara memasak Lontong Tuyuhan ini hampir sama dengan memasak opor ayam biasa. Bumbu yang digunakan pun tak jauh berbeda, antara lain bawang merah, bawang putih, lengkuas, kemiri, ketumbar, kencur, pala, dan kunyit. Agar mendapatkan kekhasan pada rasa, bumbu standar itu kemudian ditambah cabe merah yang ditumis sampai layu, dan jahe. Rasa pedas ini memang terasa menonjok, berpadu dengan rasa gurih santan kental. Sebagai penambah aroma, ditambahkan pula daun salam dan serai.
      Selain rasanya yang pedas dan gurih, kekhasan Lontong Tuyuhan juga ada pada bentuk lontongnya, yang berbungkus daun pisang dengan bentuk kerucut segitiga.
      Masakan itu dijumpai hampir di seluruh daerah Rembang. Namun, bila Anda ingin menikmati rasa yang orisinil dengan resep yang diturunkan oleh leluhur dari Desa Tuyuhan, mampirlah ke Pusat Penjualan Lontong Tuyuhan di Desa Tuyuhan. Di sana ada banyak penjual yang masih keturunan langsung penjual lontong Tuyuhan asli.
      Salah satu penjual yang paling terkenal di kompleks itu adalah Munzeri (51). Ia telah berjualan selama 31 tahun. Saat masih muda dan belum punya cukup modal, ia berkeliling menjual dagangannya. Kini ia boleh berbesar hati, perhatian Pemkab Rembang dengan potensi kuliner asli daerah telah berbuah manis dengan pendirian kompleks ini.
      Rata-rata para pedagang di kompleks itu menggelar dagangannya sejak pukul 12.00 hingga 20.00. Khusus warung Lontong Tuyuhan Munzeri yang terkenal, biasanya sudah tutup pukul 16.00 karena dagangan telah ludes.
      Suasana di kompleks itu sangat nyaman, dengan nuansa pedesaan yang kental. Selain dapat menyantap Lontong Tuyuhan, pengunjung juga dimanjakan dengan pemandangan desa dan pegunungan Lasem yang belum banyak tercemar polusi.
      Warung-warung pun dibuat dengan nuansa aslinya, menggunakan angkringan pikul dari bambu dan rotan. Bangku untuk pengunjung berupa dingklik atau kursi panjang terbuat dari kayu. Meja penyajiannnya pun terbuat dari kayu bertaplak plastik berornamen bunga.
      Lokasi wisata kuliner itu terletak kurang lebih tiga kilometer dari kota Lasem, kota kecamatan di Kabupaten Rembang. Sesampai di pertigaan kota tepatnya di kompleks Masjid Agung Lasem, beloklah ke kanan ke arah selatan menyusuri Jalan Raya Lasem-Pamotan. Setelah sampai di pertigaan BRI Jolotundo, belok ke kanan ke arah barat menyusuri Jalan Lasem-Sulang. Seusai menempuh jarak sekitar dua kilometer, tengoklah ke kanan jalan. Akan tampak warung-warung permanen yang tertata rapi di sekeliling perkebunan tebu.
      Air Tuyuhan
      Munzeri mengatakan, resep lontong tuyuhan diturunkan kepada kaum perempuan Desa Tuyuhan. Tak heran jika kaum pria hanya tahu cara menjual, tetapi tidak dapat memasaknya. Seolah-olah mereka ditakdirkan untuk menjual saja.
      Hartono (72), warga Desa Sumbergirang, Kecamatan Lasem, mengaku menjadi langganan Munzeri sejak ia masih berjualan keliling. Selain terkesan dengan bentuk dan kegurihan lontong, ia sangat menyukai rasa daging ayamnya.
      ”Dagingnya empuk, tidak alot. Jika dipisahkan dari kuah, daging itu tetap gurih karena bumbu-bumbu kuah meresap di dalamnya,” ujar Hartono yang datang seminggu tiga kali.
      Munzeri menggunakan daging ayam kampung. Setiap hari, ia menghabiskan 10-12 ekor.
      Daging itu dimasak berbarengan dengan bumbu-bumbu, termasuk tambahan cabai merah yang ditumis sampai layu. Aroma kuah yang memadukan daun salam dan serai semakin menambah cita rasa Lontong Tuyuhan.
      Menurut Munzeri, generasi ketiga penerus penjual lontong tuyuhan pertama, Mbah Latmin, cita rasa Lontong Tuyuhan tidak terlepas dari kepercayaan para penjualnya. Mereka meyakini lontong hanya akan terasa enak jika dimasak dengan air Desa Tuyuhan.
      Hal itu diperkuat dengan pernyataan sejumlah pelanggan. ”Kalau tidak dimasak dengan air Desa Tuyuhan, rasanya lain,” kata Ny Barudin (42), pelanggan Munzeri dari Desa Gedungmulyo, Kecamatan Lasem.
      Bila kita membeli Lontong Tuyuhan, penjual biasanya akan menawarkan potongan ayam opor menggunakan istilah yang populer di sana, seperti gending, sempol, mentok, dan rongkong, untuk menyebut paha atas ayam, paha bawah, dada, dan leher.
      Nah, bila Anda kebetulan berkunjung ke Rembang, mampirlah sejenak untuk menikmati gurih dan lezatnya Lontong Tuyuhan



      Sumber: R2B Rembang

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India